Branding, Marketing, dan Selling: Serupa Tapi Tak Sama

Branding, Marketing, dan Selling: Serupa Tapi Tak Sama

Pernahkah Anda memperhatikan kalau istilah branding dan marketing seringkali digunakan secara bergantian?

Ketika berbincang tentang keduanya, sebagian dari kita—biasanya—akan berbicara seputar memperoleh penjualan dan uang lebih banyak.

Loh, bukannya itu berarti kita harusnya ngomong mengenai selling (sales)?

Bingung? Ya, kami tidak menyalahkan Anda.

Begini masalahnya…

Dalam dunia bisnis, aktivitas branding, marketing, dan selling merupakan trio yang saling mempengaruhi. Namun, masing-masing memiliki perbedaan yang perlu kita pahami.

Izinkan kami membantu menguraikan perbedaan di antara ketiganya sehingga Anda dapat memilih untuk mengembangkan bisnis di aktivitas yang mana terlebih dahulu.

Apa Perbedaan Branding, Marketing, dan Selling?

  1. Branding

Definisi

Branding mencakup rangkaian kegiatan yang dirancang untuk membangun dan memelihara citra merek (brand image) suatu produk atau perusahaan.

Hal ini kerap melibatkan elemen-elemen seperti logo, warna, gaya penulisan, dan nilai-nilai yang diusung oleh merek.

Contoh

Salah satu role-model dari keberhasilan sebuah branding adalah Apple.

Mereka tidak hanya menjual produk, tetapi juga mengkomunikasikan gaya hidup inovatif dan eksklusif melalui desain minimalis, kualitas produk, serta pengalaman pengguna yang unik.

Adapun contoh di platform digital dan media sosial, perusahaan teknologi seperti Google membangun brand identity dengan konsistensi dalam penggunaan logo, warna, maupun gaya grafis dalam setiap konten yang mereka bagikan.

  1. Marketing

Definisi

Marketing adalah serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk mempromosikan, mendistribusikan, dan menjual produk atau layanan. Di dalamnya termasuk penelitian pasar, periklanan, public relations, dan strategi pemasaran untuk mencapai target pasar.

Contoh

Kampanye iklan Coca-Cola merupakan contoh yang baik dari strategi pemasaran yang sukses.

Mereka tidak hanya fokus pada rasa minuman, tetapi juga membangun emosi positif dan ikatan sosial melalui sejumlah iklan yang kreatif.

Beriklan di Facebook dan Instagram juga dikategorikan sebagai aktivitas marketing. Baik dalam bentuk gambar produk yang menarik, deskripsi yang wow, dan tautan (link) yang mengundang calon customer untuk mengekliknya.

  1. Selling

Definisi

Secara sederhana, selling atau sales berarti kegiatan penjualan secara langsung produk atau layanan kepada pelanggan.

Aktivitas yang dilakukan meliputi proses negosiasi, closing penjualan, hingga membangun hubungan pelanggan (customer relationship) untuk meningkatkan penjualan dan kepuasan konsumen.

Contoh

Penjualan mobil di sebuah dealer adalah bentuk nyata dari kegiatan penjualan. Salesperson berinteraksi langsung dengan pelanggan, menjelaskan fitur produk, dan menciptakan argumen penjualan untuk mempengaruhi keputusan pembelian.

Keterkaitan Antara Branding, Marketing, dan Selling

Meskipun memiliki peran yang berbeda, keterkaitan antara branding, marketing, dan selling sangat penting untuk mencapai kesuksesan bisnis secara menyeluruh.

  1. Branding sebagai Dasar

Branding menciptakan pondasi bagi seluruh strategi pemasaran dan penjualan.

Identitas merek (brand identity) yang kuat akan memberikan panduan dalam menentukan pesan yang akan disampaikan dalam kegiatan marketing dan bagaimana berinteraksi dengan pelanggan.

Dengan sendirinya, hal itu dapat menciptakan konsistensi dan kepercayaan di tengah konsumen.

  1. Marketing untuk Membangun Kesadaran

Aktivitas pemasaran bertujuan untuk membangun kesadaran (awareness) dan minat (interest) konsumen terhadap produk atau layanan yang kita tawarkan.

Tanpa strategi pemasaran yang baik, konsumen mungkin tidak menyadari atau tertarik pada apa yang ditawarkan oleh perusahaan.

  1. Selling sebagai Implementasi

Proses penjualan mengonversi minat menjadi tindakan nyata (action). Seorang salesperson harus mampu mengkomunikasikan nilai produk, mengatasi keberatan, dan membangun hubungan dengan pelanggan demi mencapai target penjualan.

  1. Feedback Loop yang Kontinu

Keterkaitan ini menciptakan suatu siklus umpan balik yang berkelanjutan. Pengalaman pelanggan yang dirasakan selama proses penjualan dapat memberikan masukan berharga untuk meningkatkan strategi pemasaran dan bahkan memperbarui elemen branding jika diperlukan.

  1. Tujuan Bersama untuk Kesuksesan

Meskipun memiliki fokus yang berbeda, branding, marketing, dan selling bekerja menuju tujuan bersama, yaitu meningkatkan keuntungan dan pertumbuhan bisnis. Keberhasilan satu aspek seringkali bergantung pada keberhasilan aspek lainnya.

Branding, marketing, dan selling telah menjadi tiga komponen kunci dalam ekosistem bisnis yang saling melengkapi.

Dengan memahami peran masing-masing dan bagaimana mereka berinteraksi, perusahaan dapat merancang strategi yang lebih efektif untuk membangun brand image yang kuat, meningkatkan kesadaran pasar, dan meraih keberhasilan penjualan.

Strategi Funneling untuk Bisnis yang Sukses

Strategi Funneling untuk Bisnis yang Sukses

Bayangkan di tangan Anda terdapat sebuah pipa atau corong. Kemudian Anda menuangkan minyak ke suatu wadah melalui corong tersebut.

Minyak tersebut tentu perlahan mengalir dari ujung corong dengan penampang besar ke ujung satunya lagi yang berpenampang lebih kecil, hingga masuk ke wadah tersebut.

Begitulah cara Funneling atau Sales Funnel bekerja untuk bisnis Anda.

Strategi funneling merupakan cara untuk memecah customer journey, mulai dari calon pelanggan mengenal produk Anda sampai mereka memutuskan untuk membeli.

Mula-mula, calon pelanggan akan dikumpulkan sebanyak-banyaknya pada ujung corong berpenampang besar.

Dari kumpulan calon pelanggan tersebut, tidak semuanya pasti membeli produk Anda, kan?

Melalui sejumlah langkah lain, calon-calon pelanggan tersebut akhirnya “tereliminasi” sehingga Anda memperoleh sekumpulan orang yang benar-benar menjadi customer.

Perhatikan gambar di bawah ini:

apa itu funneling

Sales Funnel atau bisa diartikan sebagai Saluran Penjualan terbukti berhasil meningkatkan penjualan berbagai perusahaan dan brand di seluruh dunia. Mulai dari UMKM maupun korporasi besar.

Untuk menerapkan strategi ini, setidaknya Anda harus menjalankan 4 tahap yang dikenal dengan AIDA: Awareness, Interest, Decision, Action.

A for Awareness (Kesadaran)

Ini adalah momen untuk menarik perhatian calon buyer. Misalnya, menulis blog dan mengembangkannya lewat teknik SEO, berbagi konten di media sosial, upload video di Youtube dan TikTok, atau pasang iklan di billboard.

Buatlah content marketing yang mengundang rasa penasaran manusia.

Dengan demikian, orang-orang mulai mengenal siapa Anda dan produk atau jasa apa yang ditawarkan.

I for Interest (Ketertarikan)

Ketika calon buyer masuk ke tahap ini, mereka akan mulai mencari lebih jauh mengenai brand Anda, membandingkan dengan toko sebelah, serta menunggu penawaran atau diskon tertentu.

Inilah saat yang tepat untuk menggiring mereka dengan konten-konten edukasi.

Tujuannya bukan langsung jualan. Melainkan, menaikkan kepercayaan mereka terhadap Anda, membantu konsumen membuat keputusan yang tepat, dan perlahan meyakinkan orang-orang tersebut bahwa Anda adalah solusi bagi permasalahan mereka.

D for Desire (Keinginan)

Pada tahap ini, konsumen sudah siap membeli produk Anda.

Meskipun terkadang, Anda bukanlah pilihan satu-satunya. Mereka bisa saja juga masih mempertimbangkan brand lain.

Karenanya, berikanlah penawaran terbaik bagi mereka. Contohnya, flash sale, gratis ongkir, bonus produk serupa, atau bundling produk dengan harga lebih murah.

Peran customer service cukup penting di sini. Ingat, produk Anda mungkin bagus, namun calon buyer tetap bisa kehilangan minat apabila tidak dilayani dengan baik.

A for Action (Tindakan)

Hore! Konsumen tampaknya sudah benar-benar percaya pada Anda. Mereka pun memutuskan untuk membeli. Setidaknya, untuk sekali mencicipi produk Anda.

Tapi bagaimanapun, mereka telah menjadi bagian dari ekosistem bisnis kita.

Dengan kata lain, kini saatnya mengembangkan strategi retensi agar pelanggan betah berlama-lama dengan produk Anda, siap membeli untuk ke sekian kalinya, bahkan menjadi brand evangelis yang senang membagikan testimoni positifnya ke mana-mana.