Masa Depan AI dan Bisnis? Begini Kata 3 CEO Dunia

Masa Depan AI dan Bisnis? Begini Kata 3 CEO Dunia

Kemajuan teknologi, lonjakan investasi, dan persaingan usaha di seluruh dunia diprediksi mengarah pada satu hal: di tahun 2024, kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) akan mulai mengubah cara kita berbisnis.

Hal ini turut berdampak pada bagaimana perusahaan menjalankan operasional sehari-hari, meningkatkan pendapatan, menjalin hubungan dengan pelanggan, dan masih banyak lagi.

Country Manager Intel Corporation, Harry K Nugraha mengungkapkan, AI memiliki sejumlah sisi positif.

Termasuk mempermudah semua proses pekerjaan yang bersifat rutinitas.

“Jadi dia melengkapi dengan keahliannya, atau dia meningkatkan keahliannya. Ini tidak bisa dihindari kerena bagian dari kemajuan teknologi, memaksa kita untuk melakukan adaptasi,” ujarnya.

Bagaimana bisnis memanfaatkan potensi dari AI di masa depan?

Begini masukan dari 3 CEO dunia dalam Annual Meeting World Economic Forum ke-54 di Davos-Klosters, Swiss.

  1. Jeff Schumacher, CEO NAX Group

AI merupakan garda terdepan dalam rangkaian hadirnya teknologi disruptif, yang menawarkan potensi besar bagi perusahaan untuk menciptakan nilai dan memecahkan tantangan nan kompleks.

Untuk benar-benar mewujudkan potensi AI, dunia bisnis tidak hanya harus mengadopsinya namun juga mengoperasionalkannya.

Proses ini melibatkan hubungan AI dengan tindakan-tindakan yang dapat diamati. Kemudian memanfaatkan data yang dimasukkan kembali ke dalam sistem untuk menyelesaikan feedback loop.

Elemen terpenting dalam proses ini terletak pada otomatisasi langkah-langkah yang diset sedemikian rupa.

Dengan begitu, diharapkan terjadi pengulangan dan pembelanjaran mandiri yang cepat demi mendorong perbaikan dan inovasi berkelanjutan bagi AI.

Namun, dalam mencapai tujuan ini, para pebisnis kerap terhambat dengan teknologi yang sudah ketinggalan zaman.

Upaya transformasi bisa berjalan lebih mudah apabila perusahaan menjalin kemitraan strategis dengan penyedia layanan perangkat lunak atau semacamnya.

Kerja sama ini menandakan lanskap industri terus berkembang sekaligus berfungsi sebagai katalis bagi dunia usaha agar menciptakan solusi inovatif atas berbagai tantangan yang sebelumnya tampak tidak bisa diatasi.

  1. Carmine Di Sibio, CEO EY Global

Ancaman terbesar terhadap penerapan AI dalam bisnis bukanlah kurangnya minat, melainkan kepercayaan diri.

Survei EY baru-baru ini menemukan hampir 70 persen CEO merasa tidak yakin terhadap model Generative AI yang pada akhirnya mempersulit proses implementasinya.

Kekhawatiran para pebisnis tersebut bukan tanpa alasan.

Misalnya chatbot AI, EY mencatat adanya kesalahan output percakapan sekitar 3-27 persen. Perusahaan juga memiliki keraguan mengenai privasi data, misinformasi, dan intellectual property.

Jadi, bagaimana perusahaan dapat memanfaatkan AI dengan percaya diri?

Langkah pertama ialah menerapkan mekanisme tata kelola yang dioperasikan oleh manusia. Ini juga berarti menggunakan input dari manusia untuk “menyempurnakan” output atau keluaran AI.

Dengan kata lain, untuk memanfaatkan AI secara paripurna, kita harus menempatkan manusia sebagai pusatnya.

Bagaimanapun, teknologi yang selama ini kita andalkan, awalnya merupakan transformasi yang diciptakan untuk mengoptimalkan kinerja manusia dan menumbuhan kepercayaan terhadap teknologi yang mampu mengubah keadaan ini.

  1. Lisa Heneghan, Chief Digital Officer KPMG International

Tidak diragukan lagi, AI adalah “internet moment” di zaman kita.

Dalam survei CEO Outlook KPMG, 70 persen eksekutif senior mengaku bahwa Generative AI menjadi prioritas investasi yang buahnya diperkirakan bisa dipanen dalam tiga hingga lima tahun ke depan.

Meskipun ada ketidakpastian ekonomi, para CEO tetap bertekad agar AI bermanfaat bagi mereka.

Bagi para pemimpin perusahaan, bahaya yang ada saat ini adalah “ketakutan akan ketinggalan” (fear of missing out) yang mendorong kesalahan pengambilan keputusan sehingga merusak keuntungan jangka panjang atau bahkan melahirkan tantangan cyber security yang baru.

Perlu adanya tindakan penyeimbang sehingga tidak terjebak di antara dua posisi: late-adopters yang mungkin kehilangan peluang emas atau early-adopters yang berisiko melakukan tindakan impulsif berujung bumerang.

Hanya saja, perusahaan tetap harus mulai berinvestasi hari ini.

Memahami persoalan yang kelak muncul ke permukaan bukan hanya soal penghematan, tetapi juga mengasah kemampuan dan pengalaman. Keduanya akan membantu kita mengidentikasi setiap peluang.

Fokuslah dalam menerapkan pondasi sekaligus membangun platform teknologi yang tepat dan cukup gesit untuk beradaptasi dengan AI yang terus berkembang pesat.

Lebih baik menguji dan belajar sekarang daripada melihat dan melewatkan kesempatan untuk memimpin perubahan. Seperti kata pepatah, “Time to market is more important than perfection.”

Branding, Marketing, dan Selling: Serupa Tapi Tak Sama

Branding, Marketing, dan Selling: Serupa Tapi Tak Sama

Pernahkah Anda memperhatikan kalau istilah branding dan marketing seringkali digunakan secara bergantian?

Ketika berbincang tentang keduanya, sebagian dari kita—biasanya—akan berbicara seputar memperoleh penjualan dan uang lebih banyak.

Loh, bukannya itu berarti kita harusnya ngomong mengenai selling (sales)?

Bingung? Ya, kami tidak menyalahkan Anda.

Begini masalahnya…

Dalam dunia bisnis, aktivitas branding, marketing, dan selling merupakan trio yang saling mempengaruhi. Namun, masing-masing memiliki perbedaan yang perlu kita pahami.

Izinkan kami membantu menguraikan perbedaan di antara ketiganya sehingga Anda dapat memilih untuk mengembangkan bisnis di aktivitas yang mana terlebih dahulu.

Apa Perbedaan Branding, Marketing, dan Selling?

  1. Branding

Definisi

Branding mencakup rangkaian kegiatan yang dirancang untuk membangun dan memelihara citra merek (brand image) suatu produk atau perusahaan.

Hal ini kerap melibatkan elemen-elemen seperti logo, warna, gaya penulisan, dan nilai-nilai yang diusung oleh merek.

Contoh

Salah satu role-model dari keberhasilan sebuah branding adalah Apple.

Mereka tidak hanya menjual produk, tetapi juga mengkomunikasikan gaya hidup inovatif dan eksklusif melalui desain minimalis, kualitas produk, serta pengalaman pengguna yang unik.

Adapun contoh di platform digital dan media sosial, perusahaan teknologi seperti Google membangun brand identity dengan konsistensi dalam penggunaan logo, warna, maupun gaya grafis dalam setiap konten yang mereka bagikan.

  1. Marketing

Definisi

Marketing adalah serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk mempromosikan, mendistribusikan, dan menjual produk atau layanan. Di dalamnya termasuk penelitian pasar, periklanan, public relations, dan strategi pemasaran untuk mencapai target pasar.

Contoh

Kampanye iklan Coca-Cola merupakan contoh yang baik dari strategi pemasaran yang sukses.

Mereka tidak hanya fokus pada rasa minuman, tetapi juga membangun emosi positif dan ikatan sosial melalui sejumlah iklan yang kreatif.

Beriklan di Facebook dan Instagram juga dikategorikan sebagai aktivitas marketing. Baik dalam bentuk gambar produk yang menarik, deskripsi yang wow, dan tautan (link) yang mengundang calon customer untuk mengekliknya.

  1. Selling

Definisi

Secara sederhana, selling atau sales berarti kegiatan penjualan secara langsung produk atau layanan kepada pelanggan.

Aktivitas yang dilakukan meliputi proses negosiasi, closing penjualan, hingga membangun hubungan pelanggan (customer relationship) untuk meningkatkan penjualan dan kepuasan konsumen.

Contoh

Penjualan mobil di sebuah dealer adalah bentuk nyata dari kegiatan penjualan. Salesperson berinteraksi langsung dengan pelanggan, menjelaskan fitur produk, dan menciptakan argumen penjualan untuk mempengaruhi keputusan pembelian.

Keterkaitan Antara Branding, Marketing, dan Selling

Meskipun memiliki peran yang berbeda, keterkaitan antara branding, marketing, dan selling sangat penting untuk mencapai kesuksesan bisnis secara menyeluruh.

  1. Branding sebagai Dasar

Branding menciptakan pondasi bagi seluruh strategi pemasaran dan penjualan.

Identitas merek (brand identity) yang kuat akan memberikan panduan dalam menentukan pesan yang akan disampaikan dalam kegiatan marketing dan bagaimana berinteraksi dengan pelanggan.

Dengan sendirinya, hal itu dapat menciptakan konsistensi dan kepercayaan di tengah konsumen.

  1. Marketing untuk Membangun Kesadaran

Aktivitas pemasaran bertujuan untuk membangun kesadaran (awareness) dan minat (interest) konsumen terhadap produk atau layanan yang kita tawarkan.

Tanpa strategi pemasaran yang baik, konsumen mungkin tidak menyadari atau tertarik pada apa yang ditawarkan oleh perusahaan.

  1. Selling sebagai Implementasi

Proses penjualan mengonversi minat menjadi tindakan nyata (action). Seorang salesperson harus mampu mengkomunikasikan nilai produk, mengatasi keberatan, dan membangun hubungan dengan pelanggan demi mencapai target penjualan.

  1. Feedback Loop yang Kontinu

Keterkaitan ini menciptakan suatu siklus umpan balik yang berkelanjutan. Pengalaman pelanggan yang dirasakan selama proses penjualan dapat memberikan masukan berharga untuk meningkatkan strategi pemasaran dan bahkan memperbarui elemen branding jika diperlukan.

  1. Tujuan Bersama untuk Kesuksesan

Meskipun memiliki fokus yang berbeda, branding, marketing, dan selling bekerja menuju tujuan bersama, yaitu meningkatkan keuntungan dan pertumbuhan bisnis. Keberhasilan satu aspek seringkali bergantung pada keberhasilan aspek lainnya.

Branding, marketing, dan selling telah menjadi tiga komponen kunci dalam ekosistem bisnis yang saling melengkapi.

Dengan memahami peran masing-masing dan bagaimana mereka berinteraksi, perusahaan dapat merancang strategi yang lebih efektif untuk membangun brand image yang kuat, meningkatkan kesadaran pasar, dan meraih keberhasilan penjualan.

Diversifikasi Produk: Definisi, Jenis, dan Contohnya

Diversifikasi Produk: Definisi, Jenis, dan Contohnya

Dalam lingkup bisnis yang dinamis dan terus berubah, diversifikasi menjadi kunci untuk memastikan keberlanjutan perusahaan dan mengeksplorasi peluang baru.

Tidak terkecuali diversifikasi produk.

Langkah ini kerap ditempuh sebagai sebuah taktik yang melibatkan ekspansi produk atau layanan perusahaan dengan tujuan meningkatkan daya saing melalui varian dan strategi yang terukur.

Mari kita eksplorasi lebih dalam mengenai definisi diversifikasi produk, jenis-jenisnya, dan beberapa contoh di dunia nyata agar dapat mengimplementasikannya secara efektif.

Definisi Diversifikasi Produk

Secara sederhana, diversifikasi produk merupakan strategi yang melibatkan pengembangan atau akuisisi produk baru untuk melengkapi maupun memperluas jangkauan produk dan layanan yang sudah ada.

Tujuan utamanya adalah mengurangi risiko yang mungkin terkait dengan ketergantungan pada satu pasar atau produk saja.

Dengan merambah ke segmen pasar baru atau memperkenalkan produk anyar, perusahaan dapat mengeksplorasi potensi pertumbuhan yang lebih luas.

Jenis-Jenis Diversifikasi Produk

  1. Pengembangan Produk Baru

Strategi ini mencakup pengembangan produk atau layanan yang inovatif serta perluasan varian produk yang sudah ada. Dengan kata lain, perusahaan memiliki kesempatan utnuk memenuhi kebutuhan pelanggan baru atau yang sudah ada dengan cara yang lebih baik.

  1. Akuisisi

Metode diversifikasi ini melibatkan pembelian atau penggabungan dengan perusahaan lain agar memperoleh produk dan layanan yang sudah mapan.

Perusahaan pun akhirnya bisa memberikan akses instan ke pasar baru atau menyediakan produk yang dapat melengkapi portofolio eksisting.

  1. Ekspansi Geografis

Diversifikasi tidak hanya terbatas pada produk, tetapi juga dapat melibatkan ekspansi ke wilayah geografis baru.

Langkah ini membuka peluang untuk menjangkau pelanggan yang berbeda dan mengurangi risiko terkait dengan ketergantungan pada satu pasar.

  1. Kerja Sama Strategis

Jenis diversifikasi ini biasanya ditandai adanya kolaborasi dengan mitra strategis maupun pihak ketiga untuk menggabungkan keahlian dan sumber daya.

Bentuknya dapat berupa kemitraan untuk pengembangan produk bersama atau distribusi yang lebih luas.

  1. Pengembangan Franchise

Umumnya, strategi ini berbentuk pemberian lisensi kepada pihak ketiga untuk menjalankan bisnis dengan menggunakan merek dan model bisnis perusahaan.

Hal tersebut memungkinkan perluasan yang cepat tanpa harus menangani operasional secara langsung.

Contoh Nyata Diversifikasi Produk

Berikut adalah sebagian langkah diversifikasi produk yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan terkenal:

  1. Apple Inc.

Apple awalnya terkenal dengan produk, seperti komputer Macintosh dan iPod. Namun, perusahaan ini melakukan diversifikasi produk yang signifikan dengan memperkenalkan iPhone, iPad, Apple Watch, dan layanan semisal Apple Music dan Apple TV.

Diversifikasi ini membantu Apple mencapai keberhasilan yang besar di berbagai segmen pasar.

  1. The Walt Disney Company

Disney, yang terkenal dengan produksi film dan taman hiburan, melakukan diversifikasi produk dengan mengakuisisi Pixar Animation Studios, Marvel Entertainment, dan Lucasfilm.

Hal ini memperluas portofolio Disney ke film animasi, film superhero, dan franchise Star Wars.

  1. Unilever

Unilever, perusahaan konsumen global, melakukan diversifikasi produk dengan mengembangkan portofolio yang mencakup berbagai kategori seperti makanan, minuman, perawatan pribadi, dan kebersihan.

Contohnya, Unilever memiliki merek-merek seperti Dove, Ben & Jerry’s, Lipton, dan Domestos.

  1. Amazon

Dikenal sebagai toko daring untuk buku, Amazon berkembang menjadi platform e-commerce terbesar di dunia. Amazon Web Services (AWS) juga merupakan contoh diversifikasi, menjadi penyedia layanan cloud-computing terkemuka.

  1. Google (Alphabet Inc.)

Google, yang terkenal sebagai mesin pencari, melakukan diversifikasi produk dengan membentuk perusahaan induk bernama Alphabet Inc. Sedangkan Google menjadi salah satu anak perusahaannya.

Alphabet memiliki portofolio yang mencakup Google Search, YouTube, Google Cloud, Waymo (otomotif otonom), dan banyak lagi.

  1. Samsung

Selain dikenal sebagai produsen elektronik konsumen, Samsung melakukan diversifikasi dengan memasuki berbagai pasar.

Mereka memproduksi perangkat elektronik seperti smartphone dan TV, hingga terlibat dalam pembuatan semikonduktor, peralatan rumah tangga, dan bahkan pembangkit listrik.

  1. Microsoft

Microsoft, yang mula-mula terkenal dengan perangkat lunak seperti sistem operasi Windows dan paket aplikasi Office, melakukan diversifikasi ke sektor perangkat keras melalui kehadiran konsol game Xbox dan tablet Surface.

Contoh-contoh ini menunjukkan bagaimana perusahaan berhasil melakukan diversifikasi produk untuk mengatasi risiko, mengeksplorasi peluang baru, dan memperluas pangsa pasar mereka.

Diversifikasi yang cerdas dapat membantu perusahaan tetap relevan dan beradaptasi dengan perubahan dalam lingkungan bisnis.

5 Tren Digital Marketing di Tahun 2024, Pengusaha Wajib Tahu!

5 Tren Digital Marketing di Tahun 2024, Pengusaha Wajib Tahu!

Halo, para pebisnis!

Kita sudah sampai di tahun baru. Berapa banyak target penjualan yang berhasil tercapai? Mana strategi yang perlu dikembangkan? Bagian apa saja yang harus diperbaiki?

Dengan berakhirnya tahun 2023, selain mengevaluasi kinerja perusahaan, ini juga waktu yang tepat untuk meninjau tren digital marketing yang akan terbentuk di tahun mendatang.

Memahami tren yang berkembang tentunya berguna untuk merancang strategi penjualan sehingga Anda tetap menjadi yang terdepan dalam menjawab kebutuhan konsumen.

Berikut ini 5 tren digital marketing di tahun 2023 yang wajib diketahui oleh para pengusaha!

1. Peningkatan Penggunaan Video

Video terus menjadi elemen kunci dalam strategi pemasaran digital.

Di Amerika Serikat sendiri, mengacu data eMarketer, pertumbuhan konten berbasis video berpotensi naik 4,7 persen pada 2024. Konten tersebut termasuk video pendek, video berdurasi panjang, hingga iklan yang tayang di televisi.

Di antara jenis format video yang ada, konten seperti TikTok, YouTube Shorts, maupun Instagram Reels masih menjadi primadona.

Riset yang dilakukan oleh HubSpot terhadap 550 brand global menunjukkan, sebanyak 88 persen perusahaan memiliki tim video creator yang dedicated.

Baik brand B2C maupun B2B mengaku, video pendek (short-form video) menghasilkan ROI yang lebih besar. Bahkan jenis video ini juga lebih efektif dalam mendatangkan lead customer, menciptakan engagement yang lebih tinggi, lebih sering ditonton, serta menghasilkan clickthrough rate yang lebih besar.

2. Manfaatkan TikTok dan Ekosistem Meta

Bukan rahasia lagi kalau anak Gen Z dan Milenial itu suka banget berselancar di media sosial.

Kedua generasi tersebut pastinya merupakan pangsa pasar yang potensial di tahun-tahun mendatang. Karena itulah, Anda perlu tahu di mana tempat mereka berkumpul.

Survei dari GWI, perusahaan riset audiens global, mencatat bahwa Instagram menjadi media sosial yang paling banyak diakses oleh TikTok. Diikuti oleh TikTok dan Snapchat di bawahnya.

Data yang dirilis per 25 Juli 2023 itu mengungkap bahwa Facebook menempati posisi pertama sebagai media sosial yang paling sering digunakan kalangan Milenal, disusul oleh Instagram dan TikTok.

Platform TikTok diprediksi akan terus mengalami lonjakan pengguna.

Di samping memberikan kepuasan instan dalam bentuk “snackable video” berdurasi pendek, algoritma TikTok juga menawarkan konten yang related dengan jejak digital para penggunanya.

3. Kebangkitan AI

Anda mungkin sudah tidak asing dengan tools, seperti ChatGPT, Bard, Dall-e, dan sebagainya.

Teknologi AI (artificial intelligence/kecerdasan buatan) akan semakin banyak kita temukan, bahkan dalam kegiatan digital marketing. Mengintegrasikan AI dengan strategi pemasaran disinyalir menjadi tren yang berkembang pada 2024.

Contohnya, kini muncul Chatbot berbasis gambar AI yang sangat menyerupai manusia.

Mereka menjawab pertanyaan pelanggan dengan natural, memberikan respons secara instan dan efisien, hingga memberikan rekomendasi yang disesuaikan secara personal menurut riwayat pembelian dan preferensi customer.

Beberapa AI juga dibekali kemampuan menganalisis dan memprediksi.

Tools AI dengan keahlian tersebut dapat membantu Anda membuat keputusan bisnis maupun merancang strategi marketing berdasarkan data secara real-time.

4. Pencarian Suara (Voice Search)

Salah satu tren yang diperkirakan berkembang cukup signifikan ialah munculnya pencarian suara (voice search). Hal tu akan berdampak pada strategi SEO yang Anda gunakan.

Seiring semakin populernya voice assistant, seperti Siri dan Alexa, perusahaan harus menyesuaikan optimasi SEO mereka demi menjawab pertanyaan berbasis suara.

Ini artinya, Anda perlu berfokus pula pada kata kunci yang panjang (long-tail keyword) dan memastikan bahasa yang dipakai ramah terhadap penelusuran melalui suara.

Daripada sekadar mengoptimasi kata kunci “merek jilbab”, lebih baik kembangkan menjadi “merek jilbab segi empat yang bagus”.

Google sendiri mengatakan, hasil dari voice search memiliki akurasi mencapai 95 persen. Membuat website Anda cocok terhadap pencarian lewat suara sangat penting di masa depan.

5. Social Commerce

Para pedagang di Tanah Abang dibuat “menderita” oleh tren yang satu ini.

Social Commerce atau Perdagangan Sosial mengintegrasikan platform media sosial dengan fungsi e-Commerce. Hasilnya, pengguna dapat membeli barang langsung dari aplikasi media sosial tersebut, tanpa harus membuka aplikasi lain.

Tren inilah yang sempat diterapkan oleh TikTok sehingga dimusuhi banyak pedagang. Strategi mereka benar-benar mengevolusi cara orang berbelanja dan mendefinisikan ulang pola interaksi antara pelanggan dengan produk kita.

Walau terjadi pro-kontra, Social Commerce tetap mempunyai potensi yang besar apabila bisa dimanfaatkan dengan baik.

***

Pada dasarnya, tren digital marketing yang berkembang merupakan akumulasi dari semangat untuk membuat produk yang lebih baik, memasarkannya dengan strategi yang tepat, serta meningkatkan customer experience.

Bersiaplah menyambut tren tersebut dan beradaptasilah dengan cepat!

4 Magnet Jualan ala Pakar Branding Pak Bi

4 Magnet Jualan ala Pakar Branding Pak Bi

Nama Subiakto Priosoedarsono atau yang akrab dipanggil Pak Bi tentu sudah tidak asing di telinga para pelaku usaha di Indonesia.

Bermodal pengalaman selama lebih dari 50 tahun, beliau menjelma sebagai praktisi branding mulai dari produk permen hingga presiden!

Melalui media sosialnya, Pak Bi kerap membagikan pengetahuannya mengenai bisnis, branding, cara jualan, dan sebagainya.

Termasuk baru-baru ini…

Pak Bi sedikit sharing mengenai 4 MACAM MAGNET JUALAN yang bikin konsumen tertarik pada produk atau layanan kita.

Apa saja itu? Berikut ini ulasan singkatnya!

  1. Magnet Insentif

Insentif berarti tambahan tertentu yang merangsang terjadinya transaksi.

Insentive does the selling.

Bentuknya dapat berupa diskon, bonus, hadiah, cashback, maupun program cicilan.

Sayangnya, margnet ini membuat kita cepat memperoleh uang, tapi tidak dalam jangka panjang.

Apabila diterapkan terus-menerus, konsumen akan loyal pada insentifnya.

Bukan pada produk atau jasa kita.

Konsumen pun hanya belanja kalau ada momen promo atau diskonan.

Cara ini biasanya dilakukan saat usaha kita berada di tahap SELLING.

  1. Magnet Produk

Produk kita terjual karena keunggulan fiturnya atau bisa menyelesaikan masalah konsumen.

Product does the selling.

Di sini, produk akan disanjung setinggi langit dengan segala kelebihannya.

Ini yang umumnya dilakukan dalam aktivitas MARKETING.

Prosesnya memang agak lama, tetapi konsumen menjadi loyal pada produknya.

Kelemahan magnet ini, yaitu jikalau tiba-tiba ada pesaing yang punya produk dengan fitur lebih unggul. Loyalitas konsumen bisa pindah ke produk saingan tersebut.

  1. Magnet Brand

Letak magnetnya ada pada “seberapa bisa produk kita membuat konsumen eksis di mata teman-temannya”.

Brand does the selling.

Loyalitas konsumen bukan lagi pada bonus atau produk semata. Melainkan pada value atau nilai yang kita tawarkan.

Inilah yang disebut sebagai kegiatan BRANDING.

  1. Magnet Endorse

Endorse menjadi magnet baru yang kekinian dan sedang naik daun.

Magnetnya terletak pada sosok yang mengendorse.

Secara umum, terdapat tiga sosok yang layak kita tarik sebagai endorser, yakni:

  1. Celebrity. Pastinya sosok terkenal yang mempunyai fanbase besar.

Engagement atau interaksinya mungkin sebatas penggemar. Namun mereka yang nge-fans berat dan ingin tampil seperti idolanya pasti ikut membeli.

  1. Expert. Sosok yang ahli atau dianggap memiliki keahlian di bidang tertentu.

Saran dari expert pasti akan diikuti oleh sebagian besar masyarakat.

  1. Teman. Sosok yang dekat dengan konsumen.

Tidak terkenal, tidak ahli juga.

Tetapi 24 jam melekat, senasib sependeritaan.

Tingkat engagement sanga kuat.

Saran dari teman berpeluang besar diikuti oleh temannya lagi.

Hanya saja, kelemahan magnet ialah loyalitas bukan pada produk. Melainkan pada selebritas, ahli, atau teman dekatnya.

Kalau orang-orang tersebut menyarankan ganti produk, konsumen juga ikut pindah ke produk pesaing.

Jadi, magnet mana saja yang sudah kamu terapkan?