Sudah sering promosi online, kok penjualan gitu-gitu aja, ya…?
Duit iklan justru boncos. Mau untung, malah buntung.
Hmmm, ada banyak faktor penyebabnya, sih. Mungkin salah satunya, COPYWRITING jualan kamu yang perlu diperbaiki.
Jangan-jangan selama ini, sembarangan sebar iklan aja, ya? Hehe.
Yuk, periksa lagi. Bisa jadi kamu melakukan 5 kesalahan copywriting berikut ini!
-
Headline Asal-asalan
Mengutip tulisannya Dewi Kreckman, Managing Director di Decuremed Store, iklan tetap harus diberi judul meskipun berbentuk cerita.
Judulnya pun disesuaikan dengan target market yang dipilih.
Pebisnis online biasanya sudah tahu ada karakter market yang Dingin (cold), Hangat (warm), dan Panas (hot).
Market yang Dingin berarti belum mengenal atau tertarik pada brand Anda.
Market yang Hangat mungkin masih ragu-ragu membeli, tetapi setidaknya pernah berinteraksi dengan kita.
Market yang Panas biasanya mereka yang sudah membeli bahkan loyal terhadap produk atau jasa kita.
Beda target, beda juga judulnya…
Jangan disamakan semua…
-
Hanya Membahas Fitur
Bangga sama fitur produk kita boleh-boleh aja, kok. Tapi itu nggak penting buat konsumen. Mereka perlu tahu “manfaat” dan “makna” dari sesuatu yang kita tawarkan.
Begini:
Fitur itu kelebihan, deskripsi, dan bahan-bahan.
Manfaat itu hal yang menguntungkan pembeli.
Makna itu arti dari manfaat produk atau jasa kita.
Contoh:
Jualan makanan sehat jangan sekadar membahas tentang kandungan madu, logo BPOM, halal MUI, organik, segar, berkualitas, dan semacamnya.
Bagi pembeli, yang terpenting adalah manfaatnya buat mereka,
“Jika makan produk X, bisa bikin kamu sehat, menurunkan gula darah, dan konsentrasi meningkat, lho…”
Masuk ke level selanjutnya, masukkan makna yang tersirat dari produk tersebut,
“Dengan mengonsumsi makanan X, berarti kamu sudah melaksanakan Sunnah Nabi serta melindungi diri selama pandemi ini dengan meningkatkan imunitas.”
Konsumen bukan hanya membeli “makanan”, tetapi mereka juga memperoleh “kesehatan dan perlindungan”.
-
Hanya Membahas Diri Sendiri
Baru baca paragraf pertama, isinya cuma “Aku, perusahaanku, produkku, bla bla bla…”
Seharusnya, kita membicarakan tentang mereka. Tentang para customer.
Fokuslah membahas mengenai tujuan mereka. Termasuk juga ketakutan, kebutuhan, dan proses mereka mencapai tujuan yang dapat kita bantu.
Terangkan bagian apa yang kita lakukan, yang akan memberi manfaat bagi mereka. Misalnya ketika kita jualan training,
“Kami bongkar semua rahasia dan strategi yang akan membantu Anda sukses berbisnis berdasarkan pengalaman mendirikan perusahaan selama 20 tahun.”
-
Kurang Menekankan Alasan Mengapa Harus Membeli
Alasan serta manfaat yang kita tawarkan bisa berbentuk dua: tangible dan intangible, alias fisik maupun emosional. Kemudian tulis manfaat tersebut lebih banyak dari harga yang mereka bayarkan.
Misalnya…
“Dengan mengonsumsi makanan diet X, selain harganya bersahabat (tangible), manfaatnya pun segudang. Tubuh kembali langsing (tangible) dan sehat (intangible) sehingga makin disayang suami, deh (intangible).”
-
Tidak Ada CALL TO ACTION yang Kuat
Memang ada Call to Action yang lemah?
Ada, dong. Contohnya, nih: Yuk beli sekarang, telepon sekarang, daftar sekarang, pesan sekarang, dan sebagainya.
Tips sederhana untuk membuat Call to Action yang kuat, yaitu bangunlah semacam ketakutan emosional.
Contoh ketika kita berjualan webinar berbayar,
“Jika Anda tidak membeli tiket webinar ini sekarang, maka Anda sedang menunda kesuksesan. Ingatlah bahwa masa depan ada di tangan Anda. Kalau bukan Anda, siapa lagi? Kalau tidak sekarang, kapan lagi?”
Atau, kalimat iklan yang sering digaungkan Fenny Rose,
“Senin harga naik!”