Rancang Strategi Marketing Jadi Lebih Mudah Pakai Metode SMART

Rancang Strategi Marketing Jadi Lebih Mudah Pakai Metode SMART

Rencana marketing yang tepat merupakan salah satu kunci utama kesuksesan sebuah bisnis.

Dalam rangka menyusun goals pemasaran yang terukur dan efektif, banyak organisasi mengadopsi metode SMART.

Metode ini memberikan kerangka kerja yang jelas guna merumuskan tujuan dan strategi marketing.

Apa itu metode SMART dan bagaimana penerapannya dalam membuat rencana pemasaran? Mari kita telusuri!

Semua Tentang Metode SMART

SMART adalah singkatan dari Specific (Spesifik), Measurable (Terukur), Achievable (Dapat Dicapai), Relevant (Relevan), dan Time-bound (Berbatas Waktu).

Metode ini membantu organisasi untuk merumuskan tujuan yang lebih fokus, realistis, dan mudah diukur.

Sejarah SMART mungkin dapat dilacak kembali ke ide-ide manajemen kinerja Peter Drucker pada tahun 1950-an.

Drucker membahas konsep penetapan tujuan secara terukur dan fokus dalam karyanya yang berpengaruh, seperti “The Practice of Management” yang diterbitkan pada tahun 1954.

Kemudian pada 1981, seorang ahli manajemen, George T. Doran menerbitkan artikel berjudul “There’s a S.M.A.R.T. Way to Write Management’s Goals and Objectives” di majalah Management Review.

Artikel tersebut memperkenalkan akronim SMART dan mendefinisikannya sebagai Spesifik, Terukur, Dapat Dicapai, Relevan, dan Berbatas Waktu.

Pada pertengahan 1980-an, Profesor Robert S. Rubin mengembangkan konsep SMART dalam konteks pengajaran manajemen dan perencanaan karir. Rubin menyoroti pentingnya penetapan tujuan yang jelas dan terukur untuk meningkatkan kinerja dan motivasi.

Selama tahun 1990-an, konsep SMART mulai diadopsi dalam pengelolaan proyek dan pengembangan bisnis. Dalam konteks ini, metode SMART digunakan untuk merancang tujuan yang lebih terfokus dan memastikan proyek berjalan sesuai rencana.

Lalu pada abad ke-21, SMART menjadi umum di berbagai bidang, termasuk manajemen bisnis, pengembangan pribadi, dan pengelolaan proyek.

Metode ini menjadi alat yang umum digunakan untuk merumuskan tujuan yang efektif dan dapat diukur.

  1. Spesifik (Specific)

Tujuan pemasaran harus jelas dan terfokus pada satu hal tertentu.

Sebagai contoh, daripada menetapkan tujuan “meningkatkan penjualan”, lebih baik merinci dengan “menghasilkan peningkatan penjualan produk X sebanyak 20% dalam enam bulan.”

  1. Terukur (Measurable)

Tujuan harus dapat diukur dengan metrik tertentu.

Dalam hal penjualan, angka dapat digunakan sebagai parameter pengukuran.

Dengan menetapkan target yang konkret, perusahaan dapat mengevaluasi kemajuan dan mengidentifikasi apakah mereka mencapai tujuan tersebut.

  1. Dapat Dicapai (Achievable)

Tujuan harus realistis dan dapat dicapai.

Merumuskan tujuan yang tidak realistis dapat menghambat motivasi dan mengecewakan tim marketing.

Vice versa, tujuan yang dapat dicapai memberikan dorongan semangat dan fokus lebih baik.

  1. Relevan (Relevant)

Tujuan harus relevan dengan visi dan misi perusahaan.

Memastikan tujuan pemasaran selaras dengan strategi umum organisasi membantu memaksimalkan kontribusi marketing terhadap pencapaian tujuan bisnis secara keseluruhan.

  1. Berbatas Waktu (Time-bound)

Setiap tujuan harus memiliki batas waktu yang jelas.

Penetapan batas waktu memberikan tekanan positif dan membantu mengejar pencapaian target secara konsisten.

Contohnya adalah menetapkan tujuan: “mengurangi biaya pemasaran sebesar 15% dalam tiga bulan.”

Keuntungan Menerapakan Metode SMART

  1. Tujuan yang Konkret dan Fokus

Metode SMART memastikan bahwa tujuan pemasaran dirumuskan dengan sangat spesifik. Dengan merinci tujuan secara jelas, tim marketing dapat memahami secara pasti apa yang harus dicapai.

  1. Pengukuran Kinerja yang Jelas

Setiap tujuan yang dirumuskan dengan metode SMART memiliki indikator kinerja yang terukur. Melalui penetapan parameter pengukuran yang jelas, perusahaan dapat dengan mudah mengevaluasi apakah tujuan tersebut telah tercapai atau belum.

  1. Motivasi dan Fokus Tim

Penetapan tujuan yang dapat dicapai dan relevan dengan visi perusahaan dapat meningkatkan motivasi tim pemasaran.

Tim yang memiliki tujuan yang jelas cenderung lebih berfokus dan terarah dalam upaya marketing mereka. Hal ini akan menciptakan lingkungan kerja yang lebih produktif serta kolaboratif.

  1. Pengelolaan Sumber Daya yang Efisien

Dengan mempertimbangkan aspek ketercapaian tujuan, metode SMART membantu dalam pengelolaan sumber daya yang lebih efisien.

Perusahaan dapat menilai apakah mereka memiliki kapasitas dan anggaran yang memadai untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

  1. Relevansi dengan Strategi Bisnis

Metode SMART memastikan bahwa tujuan marketing selaras dengan strategi bisnis keseluruhan.

Ini membantu dalam mencapai tujuan jangka panjang perusahaan.

Sebagai contoh, jika strategi bisnis adalah perluasan ke pasar baru, tujuan marketing dapat difokuskan pada peningkatan pangsa pasar di wilayah tertentu.

  1. Penyesuaian Strategi secara Fleksibel

Karena mempunyai batas waktu yang jelas, perusahaan dapat mengevaluasi strategi pemasaran dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.

Misalnya, jika hasil awal menunjukkan bahwa target belum tercapai, tim dapat merevisi taktik atau mengganti strategi yang tidak efektif.

Dengan menggunakan metode SMART dalam perencanaan pemasaran, perusahaan dapat meningkatkan efektivitas campaign mereka, mengukur pencapaian tujuan secara objektif, serta membentuk landasan kuat untuk pertumbuhan bisnis jangka panjang.

Hire Tim Digital Marketing Vs. Sewa Agensi, Mana Lebih Baik?

Hire Tim Digital Marketing Vs. Sewa Agensi, Mana Lebih Baik?

Bisnis di era digital saat ini tidak lagi bisa mengabaikan kehadiran online. Memasarkan produk atau layanan secara efektif melibatkan lebih dari sekadar iklan konvensional.

Terlebih, proses digitalisasi tengah menjadi fokus utama pemerintah.

“Pemerintah optimistis dapat mencapai target 30 juta UMKM on-boarding ke digital pada 2024,” ungkap Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki.

Inilah mengapa tim digital marketing menjadi unsur penting untuk membimbing perusahaan menelusuri kompleksitas dunia online.

Masuk ke Dunia Digital: Kenapa Perlu Tim Khusus?

  1. Kompleksitas Strategi Digital

Aktivitas digital marketing melibatkan berbagai platform. Mulai dari media sosial, seperti Instagram dan TikTok hingga mesin pencari, seperti Google.

Strategi pemasaran digital yang efektif memerlukan pemahaman mendalam tentang setiap saluran ini.

Satu orang yang memiliki spesialisasi dalam desain grafis, belum tentu ahli membuat copywriting. Seseorang yang pandai “bermain” di Instagram, belum tentu bisa mengoptimasi konten di TikTok. Mereka yang jago menjadi talent atau mengisi voice over, belum tentu lihai mencari ide konten.

Digital marketing adalah sebuah tim, yang setidaknya membutuhkan 3-4 orang dengan keahlian yang saling melengkapi.

  1. Respons Terhadap Perubahan Cepat

Tren dan algoritma digital dapat berubah dalam sekejap mata. Tim digital marketing yang dedicated diharapkan mampu merespons perubahan dengan cepat, memastikan bisnis tetap relevan.

  1. Data sebagai Pusat Keputusan

Analisis data menjadi elemen kunci dalam mengukur keberhasilan sebuah campain. Tim digital marketing biasanya dapat membaca data, memberikan masukan, dan menyelaraskan strategi dengan tren konsumen.

Kapan Bisnis Harus Memiliki Tim Digital Marketing?

  1. Tanda-Tanda Pertumbuhan

Ketika bisnis mulai mengalami pertumbuhan, perluasan ke pasar digital menjadi langkah logis. Tim digital marketing akan membantu merancang strategi yang tepat guna menjangkau audiens yang lebih luas.

  1. Saat Persaingan Semakin Ketat

Dalam pasar yang kompetitif, keberadaan tim digital marketing akan memberikan keunggulan. Mereka dapat merancang campaign yang membedakan bisnis dari kompetitor.

  1. Menyelaraskan Tren Konsumen

Jika bisnis ingin tetap relevan dan terhubung dengan konsumen, tim digital marketing membantu mengikuti dan bahkan memimpin tren konsumen dalam dunia digital.

  1. Menguasai Keberadaan Online

Ketika bisnis ingin menguasai kehadiran online, baik melalui situs web yang dioptimalkan atau keberadaan yang kuat di media sosial, tim digital marketing memastikan bahwa setiap langkah mendukung tujuan ini.

Punya Tim Digital Marketing Sendiri atau Sewa Agensi Digital?

Dalam mengelola strategi digital marketing, perusahaan sering berhadapan dengan pertanyaan krusial: apakah lebih baik membentuk tim digital marketing internal atau menyewa agensi digital eksternal.

  1. Keahlian dan Pengalaman

Tim Internal:

  • Kelebihan: Tim internal dapat dibentuk dengan spesialis yang benar-benar mengerti nilai perusahaan dan produknya.
  • Tantangan: Proses perekrutan dan pelatihan dapat memakan waktu, dan pengalaman awal mungkin kurang dibandingkan dengan agensi yang sudah mapan.

Agensi Digital:

  • Kelebihan: Agensi biasanya telah mengumpulkan keahlian dan pengalaman di berbagai industri. Mereka dapat memberikan perspektif baru dan solusi inovatif.
  • Tantangan: Memastikan bahwa agensi benar-benar memahami visi dan nilai perusahaan.
  1. Biaya

Tim Internal:

  • Kelebihan: Biaya jangka panjang cenderung lebih rendah setelah tim terbentuk, serta perusahaan memiliki kendali langsung terhadap anggaran dan alokasi sumber daya.
  • Tantangan: Investasi awal untuk perekrutan, pelatihan, dan infrastruktur teknologi bisa cukup besar.

Agensi Digital:

  • Kelebihan: Pembayaran umumnya lebih fleksibel, tanpa biaya rekrutmen atau pelatihan tambahan.
  • Tantangan: Biaya berlangganan agensi dapat meningkat seiring waktu, dan mungkin kurang efisien dalam jangka panjang.
  1. Fleksibilitas dan Skalabilitas

Tim Internal:

  • Kelebihan: Tim internal dapat lebih cepat menyesuaikan strategi dengan perubahan dalam bisnis atau industri.
  • Tantangan: Skalabilitas mungkin memerlukan waktu guna merekrut dan melatih lebih banyak anggota tim.

Agensi Digital:

  • Kelebihan: Agensi memiliki kemampuan untuk skalabilitas yang cepat, menyesuaikan kapasitas mereka dengan kebutuhan perusahaan.
  • Tantangan: Kurangnya pemahaman mendalam tentang keunikan perusahaan dapat membatasi fleksibilitas.
  1. Kontrol dan Keterlibatan:

Tim Internal:

  • Kelebihan: Perusahaan memiliki kendali langsung terhadap setiap aspek strategi dan eksekusi.
  • Tantangan: Terlalu banyak kendali bisa menghambat inovasi dan pandangan eksternal.

Agensi Digital:

  • Kelebihan: Agensi membawa pandangan objektif dan dapat memberikan perspektif independen.
  • Tantangan: Keterlibatan perusahaan mungkin kurang, dan kontrol penuh mungkin agak sulit dicapai.

Bagaimanapun, keputusan memilih di antara keduanya tergantung pada kebutuhan, tujuan, dan konteks spesifik perusahaan.

Banyak perusahaan mengadopsi model hybrid dengan membentuk tim internal untuk tugas-tugas inti dan menyewa agensi untuk proyek-proyek khusus.

Perusahaan yang baru mulai beralih ke digital juga dapat mencoba menyewa agensi, seperti mastah.id. Terutama apabila belum mampu membentuk tim digital marketing sendiri yang pastinya membutuhkan biaya rekrutmen dan pelatihan tambahan.

Inti dari keberhasilan tetap pada pemahaman yang mendalam tentang tujuan bisnis dan kemampuan strategis untuk merespons dinamika pasar digital yang terus berubah.

7 Langkah Praktis Membuat Buyer Persona

7 Langkah Praktis Membuat Buyer Persona

Berbicara tentang target audiens, biasanya kita tidak lepas dari aktivitas menyusun buyer persona.

Buyer persona merupakan representasi fiksi dari konsumen ideal yang dibangun berdasarkan data empiris dan karakteristik demografis, psikografis, serta perilaku.

Ini membantu para pebisnis dalam memahami siapa pelanggan potensial mereka, apa yang orang-orang itu butuhkan, dan bagaimana menjangkau mereka secara efektif.

Bagaimana cara membuat buyer persona?

Berikut ini 7 langkah dan panduan praktis yang bisa Anda terapkan!

Langkah-Langkah Membuat Buyer Persona

  1. Mulailah dengan Riset Mendalam

Sebelum Anda menyusun buyer persona, lakukan penelitian mendalam untuk mengumpulkan data yang relevan. Sumber data dapat meliputi survei pelanggan, analisis perilaku online, wawancara, dan data historis pembelian.

Melalui pemahaman yang kuat tentang audiens Anda, Anda dapat membuat buyer persona yang lebih akurat.

  1. Identifikasi Segmen Pelanggan

Pisahkan pelanggan Anda ke dalam segmen berdasarkan karakteristik umum seperti demografi, psikografi, dan perilaku atau kebiasaan.

Hal ini membantu Anda menyusun buyer persona yang lebih spesifik dan terfokus.

  1. Penciptaan Profil Detail

Setelah mengidentifikasi segmen, mulailah membuat profil buyer persona yang detail. Profil ini harus mencakup nama, foto, usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan informasi demografis lainnya.

Buyer persona bukan hanya tentang statistik, ini tentang menciptakan karakter yang hidup.

  1. Tinjau Psikografi dan Preferensi

Pahami nilai-nilai, minat, dan preferensi konsumen.

Apakah mereka lebih suka berbelanja secara online atau offline? Apakah mereka lebih mementingkan kualitas atau harga? Tinjau psikografi untuk memahami bagaimana mereka memandang dunia dan apa yang menjadi prioritas dalam hidup mereka.

  1. Identifikasi Tantangan dan Tujuan

Apa yang menjadi tantangan utama bagi konsumen Anda? Apa tujuan dan aspirasi mereka?

Identifikasi tantangan dan tujuan ini akan membantu Anda menyusun pesan pemasaran yang lebih tepat sasaran serta menghadirkan produk atau layanan yang lebih sesuai.

  1. Gambarkan Perilaku Pembelian

Gambarkan langkah-langkah yang diambil buyer persona selama proses pembelian. Mulai dari menyadari kebutuhan hingga mengambil keputusan pembelian.

Pemahaman yang mendalam tentang perilaku pembelian akan memudahkan Anda menyusun strategi pemasaran yang sesuai dengan setiap tahapan.

  1. Validasi dengan Tim Penjualan dan Layanan Customer

Sebelum menganggap buyer persona selesai, dapatkan umpan balik dari tim penjualan dan layanan pelanggan.

Tim ini memiliki wawasan praktis yang berharga tentang pelanggan. Langkah validasi juga memastikan bahwa buyer persona sesuai dengan realitas lapangan.

Contoh Kasus: Membuat Buyer Persona yang Sukses

  1. Perusahaan Fashion Online XYZ

Buyer Persona: Ratna, Profesional Muda dan Trendy

  • Demografi: Wanita, usia 28, bekerja di bidang pemasaran.
  • Psikografi: Aktif di media sosial, selalu mencari tren fashion terbaru.
  • Perilaku Pembelian: Suka berbelanja secara online, tertarik pada merek yang peduli lingkungan.

Langkah yang Diambil

  • Membuat kampanye (campaign) pemasaran sosial yang menggambarkan gaya hidup dan tren fashion terbaru.
  • Menyoroti keberlanjutan dan tanggung jawab sosial brand untuk menarik perhatian Ratna.
  • Menyesuaikan pengalaman belanja online untuk memudahkan pencarian dan pembelian produk.
  1. Perusahaan Jasa Travel Umroh ABC

Buyer Persona: Aisyah, Calon Jamaah Umroh yang Penuh Antusias

  1. Identifikasi Demografi
  • Usia: 45 tahun
  • Jenis Kelamin: Perempuan
  • Pendidikan: Sarjana
  • Pekerjaan: Pengusaha
  1. Psikografi dan Preferensi
  • Agama: Islam
  • Minat: Kegiatan keagamaan, belajar lebih dalam tentang sejarah Islam
  • Preferensi: Memilih jasa travel umroh yang memberikan pengalaman keagamaan yang mendalam.
  1. Tantangan dan Tujuan
  • Tantangan: Kurangnya pengetahuan tentang rute perjalanan umroh, ingin menjalankan ibadah dengan tenang tanpa stres logistik.
  • Tujuan: Mengalami momen spiritual yang mendalam, menjalankan ibadah umroh dengan khusyuk, dan memiliki pengalaman berharga.
  1. Perilaku Pembelian
  • Mencari informasi umroh melalui media sosial, forum online, dan referensi dari teman seiman.
  • Keputusan pembelian dipengaruhi oleh reputasi agen umroh, pelayanan yang ramah, dan paket yang mencakup layanan terbaik.
  1. Pengalaman Umroh Sebelumnya
  • Belum pernah melaksanakan umroh sebelumnya.
  • Memiliki ekspektasi untuk mendapatkan pengalaman yang tidak hanya fokus pada aspek logistik tetapi juga memberikan nuansa spiritual yang kuat.
  1. Pemanfaatan Teknologi
  • Aktif menggunakan media sosial dan platform online untuk mendapatkan informasi dan berbagi pengalaman.

Langkah yang Diambil

  • Membuat kampanye pemasaran yang menekankan pengalaman spiritual, kenyamanan, dan ketenangan bagi calon jamaah seperti Aisyah.
  • Menyediakan informasi rinci tentang rute perjalanan, prosedur umroh, dan panduan langkah-demi-langkah untuk membantu Aisyah merencanakan perjalanan dengan lebih baik.
  • Menawarkan paket yang tidak hanya mencakup aspek logistik tetapi juga program keagamaan yang terstruktur untuk memenuhi tujuan spiritual Aisyah.
  • Menciptakan tim layanan pelanggan yang dapat memberikan informasi secara personal, membantu menjawab pertanyaan Aisyah, dan memberikan dukungan sepanjang proses umroh.
  • Terlibat aktif di media sosial dengan membagikan cerita sukses calon jamaah sebelumnya, testimoni, dan informasi bermanfaat tentang umroh.

Dua studi kasus di atas menunjukkan bagaimana buyer persona dapat membimbing keputusan strategis yang memberikan dampak positif pada keterlibatan pelanggan.

FOMO Marketing: Strategi Berjualan dengan Memanfaatkan Psikologi Manusia

FOMO Marketing: Strategi Berjualan dengan Memanfaatkan Psikologi Manusia

Fear of Missing Out (FOMO), ketakutan terhadap ketinggalan pengalaman atau kejadian yang menarik, bukan hanya menjadi aspek dalam kehidupan sosial.

Namun, turut menjadi instrumen kuat dalam strategi pemasaran.

Dalam era digital dan terkoneksi ini, bisnis memanfaatkan FOMO untuk meningkatkan keterlibatan pelanggan dan mendorong terjadinya penjualan.

Artikel ini akan membahas bagaimana bisnis dapat dengan cermat memanfaatkan fenomena FOMO dalam strategi marketing mereka.

8 Ide Mengoptimalkan FOMO Marketing

  1. Penawaran Terbatas dan Flash Sale

Membuat penawaran dengan batasan waktu atau ketersediaan jumlah tertentu dapat menciptakan urgensi untuk segera membeli. Strategi ini tidak hanya meningkatkan penjualan, tetapi juga merangsang FOMO di antara konsumen.

  1. Event Eksklusif dan Peluncuran Produk

Mengadakan event atau perilisan produk dengan undangan terbatas menciptakan atmosfer eksklusivitas. Pelanggan yang hadir akan merasa istimewa. Konsumen lain pun mungkin merasa tertinggal dari pengalaman unik tersebut.

  1. Kampanye “Hanya untuk Pelanggan Terpilih”

Mengirimkan penawaran eksklusif atau akses ke konten tertentu kepada pelanggan yang telah berlangganan (subscriber/member) dapat meningkatkan rasa loyalitas. Ini sekaligus menghadirkan FOMO di antara pelanggan potensial.

  1. Pemanfaatan Media Sosial

Gunakan platform media sosial untuk membuat konten yang memancing perasaan FOMO.

Berbagi cuplikan eksklusif, ulasan positif, atau pengumuman penting di media sosial memiliki kesempatan viral dengan cepat serta menciptakan keinginan untuk ikut serta.

  1. Testimoni dan Studi Kasus

Memanfaatkan testimoni pelanggan atau studi kasus yang menyoroti pengalaman positif dapat menjadi pemicu FOMO. Melihat orang lain menikmati suatu produk maupun layanan bisa mendorong orang lain untuk “menyicipinya”.

  1. Penggunaan Bahasa dan Desain yang Memotivasi

Pemilihan kata-kata yang memotivasi tindakan cepat, seperti “Segera dapatkan!” atau “Terbatas untuk 100 pembeli pertama!” dapat merangsang FOMO. Desain yang menekankan urgensi juga dapat meningkatkan efek ini.

  1. Ciptakan “Kebanggaan Pemilik”

Membuat produk atau layanan yang diidentifikasi sebagai sesuatu yang hanya dimiliki kelompok tertentu akan menciptakan rasa kebanggaan dan eksklusivitas.

Orang-orang mungkin merasa tertinggal jika tidak menjadi bagian dari komunitas ini.

  1. Analisis Data dan Personalisasi

Cobalah maksimalkan data konsumen untuk mengirimkan penawaran yang disesuaikan dengan preferensi dan perilaku masing-masing pelanggan. Penawaran yang dipersonalisasi dapat lebih efektif memicu FOMO karena sesuai dengan keinginan individu.

Studi Kasus FOMO Marketing: Apple

Salah satu contoh perusahaan terkemuka yang berhasil memanfaatkan FOMO dalam strategi pemasaran mereka ialah Apple.

Sebagai perusahaan teknologi, Apple secara konsisten menggunakan elemen FOMO dalam peluncuran produk mereka.

Berikut adalah beberapa elemen FOMO yang pernah mereka terapkan:

  1. Secrecy dan Teaser

Sebelum setiap peluncuran produk utama, Apple dikenal karena adanya kerahasiaan tingkat tinggi.

Mereka merilis teaser yang misterius dengan tagline yang memicu rasa ingin tahu dan ekspektasi tinggi sehingga menciptakan ketertarikan besar di kalangan konsumen.

  1. Peluncuran Eksklusif

Acara peluncuran produk Apple sering kali bersifat eksklusif dengan undangan terbatas. Hanya sejumlah kecil orang yang beruntung yang dapat melihat produk tersebut secara langsung.

Hal ini menciptakan rasa eksklusivitas dan keterbatasan, yang turut membangkitkan FOMO di antara para penggemar Apple.

  1. Penawaran Pre-Order Terbatas

Apple seringkali memberikan penawaran pre-order dengan jumlah terbatas. Konsumen yang berminat diminta untuk segera melakukan pemesanan agar tidak ketinggalan.

Ini menciptakan urgensi dan keinginan untuk segera berpartisipasi.

  1. Konten Media Sosial

Apple menggunakan media sosial dengan bijak sebelum merilis produk.

Mereka menampilkan cuplikan dan gambar yang memancing rasa FOMO di antara para pengikut mereka. Konten teaser ini menciptakan perbincangan online dan curiosity yang tinggi di tengah konsumen.

  1. Desain dan Presentasi yang Menarik

Pada saat peluncuran, Apple memastikan presentasi produknya dirancang dengan indah dan menarik.

Desain yang diperhatikan dengan baik akan memberikan kesan eksklusivitas dan unggul. Dengan demikian, berpotensi memicu keinginan untuk memiliki produk tersebut.

Pemanfaatan FOMO dalam strategi pemasaran telah membantu Apple menciptakan buzz yang besar untuk setiap produk baru yang diluncurkan.

Perusahaan ini secara konsisten memahami psikologi konsumen dan kekuatan FOMO untuk menciptakan dampak yang signifikan dalam perilaku pembelian.

Dengan menggabungkan elemen FOMO ke dalam strategi marketing, bisnis dapat menciptakan keterlibatan (engagement) yang kuat dan meningkatkan loyalitas pelanggan.

Diversifikasi Produk: Definisi, Jenis, dan Contohnya

Diversifikasi Produk: Definisi, Jenis, dan Contohnya

Dalam lingkup bisnis yang dinamis dan terus berubah, diversifikasi menjadi kunci untuk memastikan keberlanjutan perusahaan dan mengeksplorasi peluang baru.

Tidak terkecuali diversifikasi produk.

Langkah ini kerap ditempuh sebagai sebuah taktik yang melibatkan ekspansi produk atau layanan perusahaan dengan tujuan meningkatkan daya saing melalui varian dan strategi yang terukur.

Mari kita eksplorasi lebih dalam mengenai definisi diversifikasi produk, jenis-jenisnya, dan beberapa contoh di dunia nyata agar dapat mengimplementasikannya secara efektif.

Definisi Diversifikasi Produk

Secara sederhana, diversifikasi produk merupakan strategi yang melibatkan pengembangan atau akuisisi produk baru untuk melengkapi maupun memperluas jangkauan produk dan layanan yang sudah ada.

Tujuan utamanya adalah mengurangi risiko yang mungkin terkait dengan ketergantungan pada satu pasar atau produk saja.

Dengan merambah ke segmen pasar baru atau memperkenalkan produk anyar, perusahaan dapat mengeksplorasi potensi pertumbuhan yang lebih luas.

Jenis-Jenis Diversifikasi Produk

  1. Pengembangan Produk Baru

Strategi ini mencakup pengembangan produk atau layanan yang inovatif serta perluasan varian produk yang sudah ada. Dengan kata lain, perusahaan memiliki kesempatan utnuk memenuhi kebutuhan pelanggan baru atau yang sudah ada dengan cara yang lebih baik.

  1. Akuisisi

Metode diversifikasi ini melibatkan pembelian atau penggabungan dengan perusahaan lain agar memperoleh produk dan layanan yang sudah mapan.

Perusahaan pun akhirnya bisa memberikan akses instan ke pasar baru atau menyediakan produk yang dapat melengkapi portofolio eksisting.

  1. Ekspansi Geografis

Diversifikasi tidak hanya terbatas pada produk, tetapi juga dapat melibatkan ekspansi ke wilayah geografis baru.

Langkah ini membuka peluang untuk menjangkau pelanggan yang berbeda dan mengurangi risiko terkait dengan ketergantungan pada satu pasar.

  1. Kerja Sama Strategis

Jenis diversifikasi ini biasanya ditandai adanya kolaborasi dengan mitra strategis maupun pihak ketiga untuk menggabungkan keahlian dan sumber daya.

Bentuknya dapat berupa kemitraan untuk pengembangan produk bersama atau distribusi yang lebih luas.

  1. Pengembangan Franchise

Umumnya, strategi ini berbentuk pemberian lisensi kepada pihak ketiga untuk menjalankan bisnis dengan menggunakan merek dan model bisnis perusahaan.

Hal tersebut memungkinkan perluasan yang cepat tanpa harus menangani operasional secara langsung.

Contoh Nyata Diversifikasi Produk

Berikut adalah sebagian langkah diversifikasi produk yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan terkenal:

  1. Apple Inc.

Apple awalnya terkenal dengan produk, seperti komputer Macintosh dan iPod. Namun, perusahaan ini melakukan diversifikasi produk yang signifikan dengan memperkenalkan iPhone, iPad, Apple Watch, dan layanan semisal Apple Music dan Apple TV.

Diversifikasi ini membantu Apple mencapai keberhasilan yang besar di berbagai segmen pasar.

  1. The Walt Disney Company

Disney, yang terkenal dengan produksi film dan taman hiburan, melakukan diversifikasi produk dengan mengakuisisi Pixar Animation Studios, Marvel Entertainment, dan Lucasfilm.

Hal ini memperluas portofolio Disney ke film animasi, film superhero, dan franchise Star Wars.

  1. Unilever

Unilever, perusahaan konsumen global, melakukan diversifikasi produk dengan mengembangkan portofolio yang mencakup berbagai kategori seperti makanan, minuman, perawatan pribadi, dan kebersihan.

Contohnya, Unilever memiliki merek-merek seperti Dove, Ben & Jerry’s, Lipton, dan Domestos.

  1. Amazon

Dikenal sebagai toko daring untuk buku, Amazon berkembang menjadi platform e-commerce terbesar di dunia. Amazon Web Services (AWS) juga merupakan contoh diversifikasi, menjadi penyedia layanan cloud-computing terkemuka.

  1. Google (Alphabet Inc.)

Google, yang terkenal sebagai mesin pencari, melakukan diversifikasi produk dengan membentuk perusahaan induk bernama Alphabet Inc. Sedangkan Google menjadi salah satu anak perusahaannya.

Alphabet memiliki portofolio yang mencakup Google Search, YouTube, Google Cloud, Waymo (otomotif otonom), dan banyak lagi.

  1. Samsung

Selain dikenal sebagai produsen elektronik konsumen, Samsung melakukan diversifikasi dengan memasuki berbagai pasar.

Mereka memproduksi perangkat elektronik seperti smartphone dan TV, hingga terlibat dalam pembuatan semikonduktor, peralatan rumah tangga, dan bahkan pembangkit listrik.

  1. Microsoft

Microsoft, yang mula-mula terkenal dengan perangkat lunak seperti sistem operasi Windows dan paket aplikasi Office, melakukan diversifikasi ke sektor perangkat keras melalui kehadiran konsol game Xbox dan tablet Surface.

Contoh-contoh ini menunjukkan bagaimana perusahaan berhasil melakukan diversifikasi produk untuk mengatasi risiko, mengeksplorasi peluang baru, dan memperluas pangsa pasar mereka.

Diversifikasi yang cerdas dapat membantu perusahaan tetap relevan dan beradaptasi dengan perubahan dalam lingkungan bisnis.

Facebook Ads 101: 20 Istilah dalam Facebook Ads yang Perlu Kamu Ketahui

Facebook Ads 101: 20 Istilah dalam Facebook Ads yang Perlu Kamu Ketahui

Ketika pertama kali bermain Facebook atau Instagram ads, sebagian orang langsung memutuskan mundur begitu saja. Mereka merasa asing dengan istilah-istilah yang ada di dalamnya.

Padahal kalau diteruskan sedikit lagi, istilah tersebut terasa biasa saja.

Kamu juga sedang belajar beriklan di Facebook?

Supaya tidak terlalu bingung, berikut kami jabarkan mengenai istilah-istilah dalam Facebook ads beserta pengertiannya.

A. Bagian Setting Awal

  1. Facebook Business Manager

Business Manager (BM) merupakan pusat pengelolaan iklan di Facebook. Seluruh aktivitas membuat iklan, mengukur metriks, pembayaran, dan sebagainya dilakukan dalam satu tempat sekaligus.

  1. Facebook Pixel

Pixel ialah kode tertentu yang berfungsi untuk merekam dan mengukur aktivitas audiens pada website yang diiklankan. Data yang disimpan dapat dikelola untuk membuat custom audience dan retargeting iklan.

  1. Campaign

Meski artinya sama-sama “iklan”, tetapi campaign berbeda dengan ads. Campaign ibarat struktur iklan di dalam Facebook yang mencakup adset dan ad. Setiap campaign dibedakan berdasarkan objective atau tujuan dari iklan kita.

  1. Adset

Setelah menentukan campaign, selanjutnya kamu akan membuat Adset. Yakni struktur Facebook ads yang berisi dari satu atau sekumpulan ad. Di sini, kamu dapat menentukan jadwal, rincian penargetan, hingga penempatan iklan.

  1. Ad

Ad merupakan materi iklan yang akan ditampilkan melalui Facebook ads. Kamu akan diminta memuat konten berupa foto, gambar atau video. Kemudian dilengkapi dengan headline atau judul, deskripsi atau copywriting iklan, serta website atau alamat url.

Inilah struktur paling penting dalam proses pembuatan Facebook maupun Instagram ads.

  1. Objective

Sesuai namanya, objective adalah tujuan dari iklan atau campaign kita. Facebook menawarkan beberapa pilihan objective. Misalnya, untuk meningkatkan engagement, memperbanyak traffic website, atau menaikkan penjualan (conversions).

  1. Custom Audience

Custom audience merupakan kelompok audiens yang terbagi dalam kategori berbeda.

Ada kelompok yang pernah mengunjungi landing page kita. Ada kelompok orang-orang yang memberikan like dan komentar pada materi iklan. Ada pula kelompok dari database kita sendiri berupa daftar nomor Whatsapp dan alamat email.

Nantinya, kita dapat beriklan dengan menyasar kelompok-kelompok tersebut tanpa perlu mengatur detail penargetan dari awal lagi.

B. Bagian Dashboard Iklan

  1. Dashboard

Dashboard atau dasbor merupakan tampilan visual dari data maupun informasi penting mengenai iklan kita. Data tersebut juga ikut disimpan dan dikelola. Dashboard Facebook ads disebut Ads Manager.

  1. Ads Manager

Istilah ini hanya nama lain dari dashboard Facebook ads. Di dalamnya berisi data seluruh campaign, adset, dan ad dari iklan kita. Kamu juga bisa melihat performa iklan berdasarkan impresinya, jangkauan, hasil, serta metriks lainnya.

  1. Impressions

Impressions adalah seberapa banyak iklan kita ditayangkan, meskipun dilihat oleh orang yang sama. Misalnya, saya melihat iklan A di beranda Facebook sebanyak 3 kali, maka impresi iklan A tersebut dihitung 3.

  1. Reach

Reach adalah seberapa luas jangkauan iklan kita berdasarkan pengguna Facebook yang melihatnya. Contoh, saya menemukan iklan A di beranda Facebook sebanyak 3 kali, maka reach iklan A tersebut tetap dihitung 1 karena akun yang melihat iklan itu hanya 1, yaitu saya.

  1. Results

Results bisa dibilang berapa banyak hasil yang didapatkan oleh iklan kita, sesuai dari objective yang dipilih.

Apabila objective-nya berupa traffic website, maka results akan menampilkan berapa banyak orang yang mengunjungi situs kita.

  1. Content Views

Metrik ini biasa dipakai untuk menunjukkan berapa banyak orang yang melihat website kita meskipun hanya sedetik.

Beberapa pakar Facebook ads terkadang lebih memilih Landing Page Views untuk mengetahui jumlah pengunjung website yang dihitung setelah website tersebut loading seutuhnya.

  1. CTR (click through rate)

CTR dapat diartikan sebagai rasio atau perbandingan antara berapa kali iklan tayang dengan jumlah orang yang mengeklik iklan tersebut.

Jika iklan kita dilihat 1.000 kali, dan diklik sebanyak 10 kali, maka CTR iklan tersebut adalah 10/1.000×100% = 1%

Umumnya, CTR yang bagus berada di atas 1%.

  1. CPR (cost per result)

CPR ialah perbandingan antara anggaran yang dihabiskan dengan nilai results.

  1. CPM (cost per millions)

CPM merupakan biaya per 1000 kali iklan tayang. Biasanya CPM yang bagus maksimal berada di angka Rp 50.000. Semakin murah CPM, maka kinerja iklan semakin dianggap baik.

CPM umumnya menjadi tolok ukur performa iklan. Apabila terlalu mahal, mungkin materi iklan perlu diubah. Baik dari segi konten maupun penargetan audiensnya.

C. Bagian Pengembangan

  1. Split Testing

Bikin iklan kok cuma satu?

Ya, tidak apa-apa. Kalau sudah level advance, biasanya satu campaign akan berisi beberapa adset. Lalu satu adset juga akan terdiri dari sejumlah ad berbeda. Ini yang disebut split testing, yaitu membuat variasi iklan untuk menganalisis model iklan mana yang winning atau bekerja optimal.

Split testing bisa dilakukan manual atau menggunakan fitur dari Business Manager.

  1. Scale Up

Istilah ini biasa diartikan dengan menambahkan budget atau anggaran karena iklan dinilai sebagai winning campaign. Dengan budget yang meningkat, diharapkan jangkauan dan hasil iklan pun turut melesat.

  1. Looaklike Audience (LLA)

Setelah menjalankan iklan sekali, kita dapat menerapkan LLA pada campaign berikutnya.

LLA merupakan target audience yang karakternya serupa dengan pelanggan kita. Data pelanggan tersebut dapat berasal dari iklan sebelumnya atau salah satu kelompok custom audience.

  1. Retargeting

Retargeting yaitu menargetkan kembali orang-orang yang pernah berinteraksi dengan iklan kita.

Contoh, sebelumnya kita menjalankan iklan video. Pada iklan berikutnya kita menargetkan lagi orang-orang yang pernah memutar video tersebut. Strategi ini biasa dipakai untuk mem-filter audiens, sehingga orang-orang yang dijangkau oleh iklan kita benar-benar sesuai dengan target market yang telah ditentukan.

***

Masih banyak lagi istilah di dalam Facebook ads. Seiring berjalannya waktu, kamu pasti akan memahaminya. Pelan-pelan saja. Dimulai dari mengenal 20 istilah di atas.

Ingat, manusia itu musuh dari sesuatu yang tidak diketahuinya. Kalau sudah tahu, bisa saja malah jadi sahabat!

4 Magnet Jualan ala Pakar Branding Pak Bi

4 Magnet Jualan ala Pakar Branding Pak Bi

Nama Subiakto Priosoedarsono atau yang akrab dipanggil Pak Bi tentu sudah tidak asing di telinga para pelaku usaha di Indonesia.

Bermodal pengalaman selama lebih dari 50 tahun, beliau menjelma sebagai praktisi branding mulai dari produk permen hingga presiden!

Melalui media sosialnya, Pak Bi kerap membagikan pengetahuannya mengenai bisnis, branding, cara jualan, dan sebagainya.

Termasuk baru-baru ini…

Pak Bi sedikit sharing mengenai 4 MACAM MAGNET JUALAN yang bikin konsumen tertarik pada produk atau layanan kita.

Apa saja itu? Berikut ini ulasan singkatnya!

  1. Magnet Insentif

Insentif berarti tambahan tertentu yang merangsang terjadinya transaksi.

Insentive does the selling.

Bentuknya dapat berupa diskon, bonus, hadiah, cashback, maupun program cicilan.

Sayangnya, margnet ini membuat kita cepat memperoleh uang, tapi tidak dalam jangka panjang.

Apabila diterapkan terus-menerus, konsumen akan loyal pada insentifnya.

Bukan pada produk atau jasa kita.

Konsumen pun hanya belanja kalau ada momen promo atau diskonan.

Cara ini biasanya dilakukan saat usaha kita berada di tahap SELLING.

  1. Magnet Produk

Produk kita terjual karena keunggulan fiturnya atau bisa menyelesaikan masalah konsumen.

Product does the selling.

Di sini, produk akan disanjung setinggi langit dengan segala kelebihannya.

Ini yang umumnya dilakukan dalam aktivitas MARKETING.

Prosesnya memang agak lama, tetapi konsumen menjadi loyal pada produknya.

Kelemahan magnet ini, yaitu jikalau tiba-tiba ada pesaing yang punya produk dengan fitur lebih unggul. Loyalitas konsumen bisa pindah ke produk saingan tersebut.

  1. Magnet Brand

Letak magnetnya ada pada “seberapa bisa produk kita membuat konsumen eksis di mata teman-temannya”.

Brand does the selling.

Loyalitas konsumen bukan lagi pada bonus atau produk semata. Melainkan pada value atau nilai yang kita tawarkan.

Inilah yang disebut sebagai kegiatan BRANDING.

  1. Magnet Endorse

Endorse menjadi magnet baru yang kekinian dan sedang naik daun.

Magnetnya terletak pada sosok yang mengendorse.

Secara umum, terdapat tiga sosok yang layak kita tarik sebagai endorser, yakni:

  1. Celebrity. Pastinya sosok terkenal yang mempunyai fanbase besar.

Engagement atau interaksinya mungkin sebatas penggemar. Namun mereka yang nge-fans berat dan ingin tampil seperti idolanya pasti ikut membeli.

  1. Expert. Sosok yang ahli atau dianggap memiliki keahlian di bidang tertentu.

Saran dari expert pasti akan diikuti oleh sebagian besar masyarakat.

  1. Teman. Sosok yang dekat dengan konsumen.

Tidak terkenal, tidak ahli juga.

Tetapi 24 jam melekat, senasib sependeritaan.

Tingkat engagement sanga kuat.

Saran dari teman berpeluang besar diikuti oleh temannya lagi.

Hanya saja, kelemahan magnet ialah loyalitas bukan pada produk. Melainkan pada selebritas, ahli, atau teman dekatnya.

Kalau orang-orang tersebut menyarankan ganti produk, konsumen juga ikut pindah ke produk pesaing.

Jadi, magnet mana saja yang sudah kamu terapkan?

6 Rekomendasi Buku Tentang Social Media Marketing

6 Rekomendasi Buku Tentang Social Media Marketing

Selama beberapa tahun terakhir, media sosial menjadi tempat yang tepat untuk memasarkan produk.

Mulai dari Facebook, Twitter, Instagram, hingga platform video yang sekarang tengah naik daun TikTok.

Masing-masing platform punya karakternya sendiri.

Masing-masing platform juga punya algoritma tersendiri yang senantiasa berubah-ubah.

Alhasil, butuh strategi khusus dan berbeda-beda agar brand kita bisa menang di setiap platform tersebut.

Mau mendalami Social Media Marketing, tapi masih bingung belajar dari mana?

Berikut ini, Mastah.id kasih 6 rekomendasi supaya kamu dapat lebih paham mengenai Social Media Marketing. Yuk, sama-sama belajar!

  1. BREAK THROUGH THE NOISE

Konon, konten video lebih banyak disukai dan dibagikan oleh para pengguna media sosial, dibandingkan gambar atau foto biasa.

Namun, bagaimana cara membuat konten video yang shareable?

Break Through The Noise akan mengajarkan kita membuat konten video untuk mempromosikan bisnis.

Buku yang dikarang oleh Tim Staples ini juga memuat 9 aturan supaya video kita menjadi viral dan menarik perhatian banyak orang (The 9 Rules to Capture Global Attention).

Cocok sekali buat kamu yang lagi fokus membuat konten di TikTok, Youtube, IGTV, maupun platform video lainnya.

  1. CONTAGIOUS; Rahasia di Balik Produk dan Gagasan yang Populer

Di samping meningkatkan penjualan, para pemilik bisnis ingin sekali konten mereka VIRAL di dunia maya.

Mungkin kamu juga seperti itu.

Bermimpi brand dan produk kita jadi buah bibir netizen.

Jonah Berger melalui buku ini akan menjelaskan 6 hal kunci yang menjadi syarat agar sebuah gagasan, produk, atau apa pun itu selalu dibicarakan orang-orang di luar sana.

Keenam hal tersebut, yaitu…

Baca sendiri ya bukunya, hehe.

  1. START WITH WHY

“Mengapa?”

Mengapa kamu memilih Instagram sebagai media pemasaran?

Mengapa kamu sangat ingin membuat video di TikTok?

Mengapa kamu mau beriklan di Facebook?

Walaupun tidak spesifik membahas Social Media Marketing, buku yang ditulis oleh Simon Sinek ini akan mengajak kita berpikir kembali tentang alasan di balik setiap keputusan dan langkah yang diambil.

Ketika tujuan bergelut di media sosial sudah lebih clear, biasanya kita jadi lebih mudah menyusun milestone, mengukur progress, serta mengevaluasi setiap capaian.

  1. INFLUENCE; The Psychology of Persuasion

Marketing selalu tentang bagaimana mempengaruhi orang lain.

Termasuk lewat media sosial.

Robert B. Cialdini, Profesor Psikologi di Arizona State University, akan menjabarkan 6 prinsip supaya tim marketing dan sales kamu menjadi lebih persuasif.

Menariknya, buku ini merupakan riset panjang yang dilakukan selama 35 tahun.

Bahkan Robert tidak segan-segan melamar sebagai sales penjual mobil dan pramusaji untuk menguji hipotesisnya.

Siap baca dan praktikkan?

  1. THIS IS MARKETING

Tidak ada seorang ahli yang tidak menguasai teknik dasar.

Terkadang, orang menjadi hebat justru karena melatih teknik dasarnya dengan konsisten.

Karenanya, sebelum jauh mengelola media sosial, tim pemasaran juga sudah harus menguasai teori dasar marketing secara umum.

Buku yang disusun inspirator ulung, Seth Godin, ini berisi seluk-belum dunia marketing.

Mulai dari cara membangun kepercayaan, membidik target pasar, hingga seni memposisikan diri.

Godin juga mengungkapkan alasan mengapa cara terbaik untuk mencapai tujuan pemasaran ialah dengan membantu orang lain.

Wawasan dan contoh kasus dalam buku ini akan sedikit membuat kamu menyusun ulang strategi marketing yang selama ini diterapkan.

Wow, segitunya, loh!

  1. NON OBVIOUS: How to Predict Trends and Win The Future

Membaca tren yang sedang berkembang merupakan salah satu tugas utama para pengelola media sosial.

Berdasarkan pembacaan tersebut, maka strategi konten bisa disusun.

Melalui buku ini, Rohit Bhargava memaparkan 15 tren di masa depan, yang terbagi dalam 5 kategori.

Penulis juga akan mengajarkan cara memprediksi tren. Modal yang baik untuk mempercepat pertumbuhan media sosial bisnismu.

Di antara keenam buku di atas, sudah ada yang pernah kamu baca?

6 Tips Copywriting untuk Jualan Hewan Kurban

6 Tips Copywriting untuk Jualan Hewan Kurban

Walaupun musiman, keuntungan dari bisnis hewan kurban itu sangat menggiurkan.

Terkadang, laba yang diperoleh selama satu bulan, cukup buat makan satu tahun.

Wow!

Nggak heran, banyak orang mulai berjualan kambing dan sapi kurban ketika mendekati Hari Raya Idul Adha.

Mulai dari peternak, owner bisnis aqiqah, sampai karyawan kantoran yang mau mencari duit sampingan.

Terlebih di masa pandemi ini.

Di saat sebagian besar dari kita kena PHK dan kehilangan pekerjaan tetap.

Bukan tidak mungkin masyarakat akan berbondong-bondong banting setir jualan kurban.

Bisa jadi kamu salah satunya…

Buat sedikit membantu kamu, Mastah.id punya 6 tips menulis copywriting buat jualan hewan kurban.

Copywriting ini bisa kamu terapkan untuk beriklan di Whatsapp maupun media sosial seperti Facebook dan Instagram. Selamat mencoba!

  1. Kenali Target Pasar

Menyusun detail profil target market 10 kali lebih penting dari copywriting-nya.

Sebelum jauh-jauh menulis materi iklan, kenali dulu siapa dan bagaimana karakter dari calon customer.

Apakah laki-laki, perempuan, atau keduanya.

Berapa rata-rata usia customer yang kamu bidik.

Apa latar belakang pendidikan dan pekerjaannya.

Berjualan hewan kurban bagi mereka yang budget-nya terbatas tentu beda strateginya dengan mereka yang rajin main ke mall.

  1. Pikirkan Manfaat yang Bisa Kamu Berikan

Memangnya apa manfaat lain selain konsumen akan mendapatkan hewan kurban sesuai pesanannya?

Hush!

Itulah pentingnya mengenali target pasar.

Sebab, salah satu unsur penting dalam menulis copywriting adalah: apa keuntungan yang didapat konsumen apabila membeli hewan kurban di tempat kita.

Perhatikan kepentingan konsumen, bukan kepentingan kita pribadi.

Contohnya lembaga-lembaga sosial seperti ACT dan Laznas BSM Umat yang menyalurkan daging kurban ke wilayah pelosok.

Di samping menunaikan ibadah kurban, konsumen dapat sekaligus beramal bagi saudara-saudara kita yang membutuhkan.

  1. Hilangkan Kalimat Penawaran yang Jelek dan Samar

Contoh kalimat penawaran yang kurang baik:

“Sapi kami merupakan pilihan terbaik dengan ukuran besar dan gemuk.”

Kalimat penawaran yang lebih baik:

“Sapi kami dikirim langsung dari Bali dengan berat rata-rata sekitar xx – xx kg. Tanpa cacat, seluruh anggota badan lengkap.”

  1. Hindari Testimoni yang Muluk-muluk

Social proof memang salah satu elemen utama dalam copywriting.

Tetapi menulis testimoni yang berlebihan, apalagi palsu, hanya akan dibaca sekilas.

Semua orang suka cerita.

Sampaikanlah testimoni yang bercerita untuk meyakinkan pembeli.

Contoh testimoni berlebihan yang tidak bermakna:

“Kambing yang dijual toko X terjamin kualitasnya. Kondisi oke dan perawatannya juga bagus.”

Contoh testimoni yang lebih baik:

“Awalnya saya tidak yakin dengan toko X. Foto di Instagramnya sih masih sedikit. Tetapi setelah survei langsung ke kandangnya, saya langsung suka. Kambing-kambingnya terawat. Pelayanan di sana juga sangat ramah dan fast response pas saya Whatsapp. Malah saya diberikan ongkir gratis sampai di rumah. Recommended, deh.”

  1. Jangan Sibuk Membicarakan Diri Sendiri

Nggak penting kamu siapa.

Yang penting adalah apa yang kamu berikan untuk pelanggan.

Terus-menerus membicarakan diri sendiri justru menjadi omong kosong.

Mulailah menceritakan bagaimana hewan kurban kita mengatasi masalah yang mereka hadapi.

Contoh penawaran yang terlalu banyak membicarakan diri sendiri:

“Toko kami memiliki sejumlah penghargaan bergengsi dan berpengalaman puluhan tahun di dunia kurban.”

Contoh penawaran yang lebih baik:

“Kami menjamin hewan kurban Anda akan terkirim maksimal 24 jam setelah pembayaran.”

  1. Optimalkan Headline dengan Angka dan Scarcity

Headline itu sama dengan iklannya iklan kamu.

Artinya, membuat headline yang tepat sangat penting supaya iklanmu dibaca orang.

Kalau sejak headline sudah tidak menarik, jangankan membaca isi iklan, calon customer mungkin cuma scroll iklan kamu ke konten lain.

Mengoptimalkan headline untuk berjualan hewan kurban bisa dengan du acara, yaitu memakai angka dan teknik scarcity.

Judul iklan yang disertai angka akan menambah nilai psikologis bagi pembaca.

Dalam kasus lain, angka juga menjadi social proof yang meningkatkan kepercayaan calon pembeli.

Contohnya begini:

“Lebih dari 10.000 orang telah membeli hewan kurban mereka tahun lalu di sini.”

“Kurban Anda akan disalurkan bagi 100 keluarga tidak mampu di NTT.”

Di samping itu, cobalah menggunakan teknik scarcity atau kelangkaan.

Penawaran yang dibatasi waktu akan menciptakan efek ekslusif sekaligus “memaksa” orang untuk segera membeli.

Contohnya begini:

“Hanya 3 Hari! Diskon 10% untuk sapi terbaik pilihan Anda.”

“Pesan sekarang karena harga naik 7 hari lagi.”

***

Membicarakan copywriting tentu tidak ada habisnya.

Kamu boleh menjajal teori dan metode apa pun.

Coba lagi, evaluasi lagi, jalankan lagi.

Begitu seterusnya.

Semoga berkah dan sukses jualan hewan kurbannya, ya!